Bekerja di Jepang adalah impian banyak orang, menawarkan pengalaman profesional yang berharga dan kesempatan untuk hidup di salah satu negara paling maju di dunia. Namun, bagi pekerja Muslim, khususnya dari Indonesia, transisi ini datang dengan tantangan unik yang berkaitan dengan praktik ibadah dan gaya hidup sehari-hari. Beradaptasi dengan budaya kerja yang ketat sambil mempertahankan keyakinan adalah kunci untuk sukses dan merasa nyaman di Negeri Sakura.
Artikel ini akan membahas secara mendalam aspek-aspek penting yang perlu diperhatikan, mulai dari ibadah harian hingga interaksi sosial, agar Anda bisa menyeimbangkan tuntutan profesional dengan prinsip keimanan Anda.
Salah satu kekhawatiran terbesar bagi pekerja Muslim adalah bagaimana menunaikan ibadah di tengah jadwal kerja yang padat.
Jepang memiliki hari kerja yang panjang, seringkali dari jam 9 pagi hingga 6 sore, yang bisa berbenturan dengan waktu sholat Zuhur dan Asar. Solusinya adalah dengan proaktif berkomunikasi dengan atasan dan rekan kerja. Jelaskan bahwa Anda memerlukan waktu singkat untuk sholat. Umumnya, perusahaan Jepang cukup fleksibel dan akan mengizinkan Anda menggunakan ruang kosong, seperti ruang rapat yang tidak terpakai, atau sudut di kantor untuk sholat. Bawa selalu sajadah tipis yang mudah dilipat agar Anda selalu siap.
Sholat Jumat adalah kewajiban bagi laki-laki. Karena sholat Jumat dilaksanakan pada jam kerja, Anda mungkin perlu mengajukan izin. Diskusikan hal ini dengan atasan atau manajer Anda. Cari tahu lokasi masjid terdekat dari kantor Anda dan perkirakan waktu yang dibutuhkan. Banyak perusahaan yang memahami dan akan memberikan izin, terutama jika Anda telah membuktikan diri sebagai karyawan yang disiplin dan bertanggung jawab.
Jumlah mushola atau masjid di Jepang terus bertambah, terutama di kota-kota besar seperti Tokyo dan Osaka. Manfaatkan aplikasi pencari masjid atau informasi dari komunitas Muslim setempat untuk menemukan tempat ibadah terdekat. Beberapa bandara, stasiun kereta, dan mal besar kini juga menyediakan ruang sholat.
Aspek lain yang membutuhkan perhatian besar adalah makanan. Budaya kuliner Jepang yang kaya seringkali mengandung bahan yang tidak halal bagi Muslim, seperti babi (豚肉, tonniku) dan alkohol.
Selain babi, pekerja Muslim harus berhati-hati dengan produk lain yang mungkin mengandung unsur tidak halal, seperti gelatin (ゼラチン, zerachin), lemak hewani (動物性脂肪, dōbutsusei shibō), dan berbagai jenis alkohol yang digunakan sebagai perasa (ミリン, mirin dan sake). Mempelajari karakter kanji atau frasa dasar Jepang untuk bahan-bahan ini sangat membantu.
Budaya kerja Jepang sangat menjunjung tinggi etika, hierarki, dan harmoni. Memahami hal ini akan membantu Anda berinteraksi dengan baik tanpa mengorbankan nilai-nilai Anda.
Tiba di kantor 10-15 menit sebelum waktu mulai kerja adalah hal yang sangat diharapkan. Ini menunjukkan dedikasi dan rasa hormat Anda. Jangan pernah terlambat, karena hal ini dapat merusak reputasi profesional Anda.
Jepang adalah budaya yang menghargai komunikasi tidak langsung. Namun, dalam konteks kebutuhan keagamaan, komunikasi yang jelas dan sopan diperlukan. Jelaskan kebutuhan Anda dengan tenang dan logis, misalnya, mengapa Anda perlu sholat atau tidak bisa ikut acara minum-minum. Jangan ragu bertanya, karena lebih baik bertanya daripada melakukan kesalahan yang tidak disengaja.
Acara minum-minum setelah jam kerja sering dianggap sebagai bagian penting dari membangun hubungan dan ikatan tim. Sebagai Muslim, Anda bisa tetap hadir untuk bersosialisasi dan memesan minuman non-alkohol seperti teh, jus, atau soda. Kehadiran Anda menunjukkan komitmen pada tim dan keinginan untuk berintegrasi.
Di lingkungan kerja, pakaian harus rapi dan profesional. Untuk wanita Muslim yang mengenakan hijab, pastikan gaya hijab Anda rapi dan sesuai dengan etika profesional perusahaan. Mayoritas perusahaan di Jepang tidak memiliki masalah dengan pekerja yang mengenakan hijab, asalkan terlihat profesional.
Kehidupan di Jepang akan terasa jauh lebih nyaman jika Anda memiliki komunitas yang mendukung.
Menjadi pekerja Muslim di Jepang memang memiliki tantangan, tetapi dengan persiapan yang matang dan pemahaman yang mendalam tentang budaya setempat, tantangan tersebut dapat diatasi dengan baik. Kunci utamanya adalah komunikasi terbuka dengan atasan dan rekan kerja, disiplin dalam menjalankan ibadah, serta fleksibilitas dalam beradaptasi dengan lingkungan.
Dengan menjadi pekerja yang berdedikasi dan bertanggung jawab, Anda tidak hanya akan mencapai kesuksesan karier, tetapi juga menjadi duta yang baik bagi agama dan negara Anda, membantu membangun jembatan pemahaman dan toleransi antara budaya Indonesia dan Jepang.